MENYIBAK TABIR RAHMAT DAN KEMENANGAN

Tuesday, September 23, 2008

Tangga tahun berlari melewati kita, dan kita masih terdiam di tepian laut harapan. Sudah kali ke berapa kita mengukir takbir bergema di sudut-sudut cerah langit? Hari penuh nikmat, hari penuh kemenangan. Akankah kemenangan hakiki bisa kembali kita raih? Pertanyaan yang harus dikaji dalam relung jiwa dan hati masing kita. Kita seakan lupa akan makna “fitrah” yang sebenarnya. Kita seakan terseret oleh roda yang mendengungkan sebuah tradisi. Roda yang sebenarnya harus kita gilas, bukan ia yang senantiasa menggilas. Tradisi yang sebenarnya mentradisikan Islam bukan mengislamkan tradisi.
Hembusan angin di awal bulan Syawal merupakan sebuah isyarat bahwa bulan penuh berkah dengan sejuta rahmat dan ampunan telah kita lalui. Bahkan hembusan-hembusan lailatul qadar belum kita rasakan telah pergi meninggalkan kita. Masih adakah setitik jiwa optimisme bahwa tahun depan akan kembali kita rangkul? Waktu tidak akan bisa kita putar kembali. Kesempatan menyibak tabir rahasia kehidupan Tuhan semakin hari semakin mengurang. Jatah menikmati dunia yang diberikan Tuhan terlalu sebentar jika hanya dilalui kebahagiaan semu. Masih banyak persembahan berarti yang bisa kita ukir di pentas dunia.
Tidaklah wajar jika kita masih menunda-nunda sebuah kebajikan untuk hal-hal yang tidak berarti. Dunia sudah hampir mengahiri kisahnya. Perjalanan langit sudah hampir mendekati finish. Dan kita belum bisa menyusun puzzle dalam tingkat kesempurnaan. Saya yakin, kalau di setiap hati kita terdengung, bahwa belum sempurnanya mengisi bulan ramadhan dengan ibadah kepadaNya. Masih banyak kehampaan di sana-sini yang menuntut kita untuk menambalnya. Tapi, apalah daya, bulan penuh rahmat itu telah melenggang berlalu dan hampir pergi dari kita. Harus kita sadari, hari yang fitri menyambut di balik pintu. Di mana semua manusia mencari maaf sesamanya. Semua manusia seakan bersedih melewati perjalanan bulan pengampunan. Akankah kita termasuk orang-orang yang di ampuni?
Tuhan menciptakan “Iedul Fitri” bagi hambanya bukan tanpa sebab dan manfaat. Di sana ada segudang hikmah yang bisa kita ambil. Iedul fitri merupakan sebuah prestasi bagi hambanya yang telah bisa melewati bulan suci ramadhan dengan sejuta ampunannya. Bukan hanya lapar dan dahaga yang ia tahan, tapi segala bentuk hawa nafsu yang bisa menodai kesucian puasa itu sendiri. Di bulan ramadhan, Tuhan menurunkan sejuta rahmat, berkah dan ampunan, semua orang berlomba-lomba mendapatkannya. Dan di puncak pemberian Tuhan, Tuhan menurunkan hari kemenangan di hembusan kesejukan udara pagi satu syawal.
Memang, perjalanan yang kita lalui layaknya sebuah roda. Yang kadang kala bagiannya di atas dan bagian yang lain di bawah. Sama halnya dengan sebuah penghambaan kepadaNya. Semua orang membutuhkan maghfirah dan semua orang membutuhkan rahmat. Tapi tingkat usaha pencapaiannya berbeda. Ada yang sungguh-sungguh dan ada yang berleha-leha, karena keimanan seorang hamba kadang yazid tapi kadang juga yanqus. Hal itu harus kita sadari, akan tetapi kita jangan sampai terlena dengan turunnya semangat itu, justru bagaimana kita bisa meningkatkannya kembali.
Sebaiknya, di bulan ramadhan yang tinggal hitungan jari. Di hembusan terakhir bulan penuh rahmat, yang hari kemenangan sudah di ambang pintu. Kita harus lebih meningkatkan iman dan takwa. Bagaimana supaya sekarang lebih baik dari kemarin. Dan di hari iedul fitri kita benar-benar termasuk hamba-hambanya yang berada dalam kemenangan. Jangan di tunda-tunda, mulailah dari diri sendiri, dari sekarang dan dari sini.

Blognya Ria Dunia Ria | Tanks To Blogger